Resign karena Allah

Beberapa bulan yang lalu, aku pernah menulis bahwa memilih mengundurkan diri dari suatu pekerjaan yang menjauhkan kita dari Allah adalah pilihan yang terbaik.

Tanpa pikir panjang, setelah gajian bulan 2 kemarin, aku memilih untuk berhenti bekerja. Yang aku lakukan hanya beribadah. Aku tidak memasukkan lamaran kemana-mana, aku hanya melobi langit, biar Allah yg mengabari seluruh makhluk-nya bahwa ada seorang hamba-nya yg sedang membutuhkan pekerjaan. Aku.

Setiap hari, aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan sebagai seorang hamba. Bayangkan saja sudah 22 tahun hidup kujalani namun selama itu aku habiskan untuk duniaku saja. Aku khawatir bagaimana jika malaikat maut tiba-tiba datang sebelum aku mempersiapkan bekal lebih banyak.

Sholat tepat waktu, puasa senin-kamis, tahajjud-duha dan sholat-sholat lainnya kutunaikan sebagaimana aku ingin memberikan hak-hak Allah lebih banyak dari biasanya. Sebagaimana niat awal aku ingin berhenti dari pekerjaan yang menyita waktu ibadahku itu.

Walau makan seadaanya, ikut kajian harus memilih mesjid yang paling dekat supaya dapat gojek dengan harga yang lebih murah, walau harus irit seirit iritnya, aku tidak pernah merasa kekurangan sama sekali.

Karena Allah yang mencukupi dengan kekayaan di hati.

Hampir sebulan aku melakukan riyadoh itu namun belum juga Allah memberikan tanda-tanda bahwa akan memberikan aku pekerjaan yg lebih baik.

Justru cobaannya semakin berat. Allah mengujiku dengan sedikit kelaparan, penderitaan, dan ketakutan-ketakutan yang lainnya. Namun hal itu tidak lantas membuatku menyerah.

Sebagaimana yang aku tahu, bahwa semakin diuji, harus semakin dekat dgn Allah karena saat itulah pengabulan doa sedang berlangsung. Aku makin yakin kepada Allah. . .

“Aku resign kan untuk Allah, ga mungkin Allah membiarkan aku menderita. Ga ada sunnatullahnya seperti itu. Kebaikan akan mendapatkan balasan kebaikan pula di sisi Allah” pikirku berusaha meyakini diri sendiri.

Dan benarlah. Tiba-tiba pekerjaan itu sendiri yang datang kepadaku. Entah bagaimana ceritanya, aku dihubungi seorg teman yg belum lama aku kenal dan menawari pekerjaan ini. Maha besar Allah.

Lagi2 aku melihat keajaiban. Allah memang Maha Hebat.
Meninggalkan sesuatu yang buruk karena Allah, pasti akan digantikan dengan yang lebih baik di sisi-Nya.

Aku percaya itu. Dan aku sudah membuktikannya sendiri. Bukan hanya sekali. Bahkan sudah berkali-kali. Kecewa? Aku belum pernah, selama mengandalkan Allah.

Kata ust. Felix, iman itu adalah bukti. Semakin sering melihat bukti, maka akan semakin bertambah pula iman di dalam hati.

Memang benar.

Itulah mengapa selalu saja aku mengambil resiko yg tentunya untuk hal-hal yang Allah ridhai, karena aku yakin Allah pastii akan menolong. Dan aku ingin membuktikannya sendiri.

Semakin sering aku melihat keajaiban, semakin bertambah percayaku pada-Nya.

Hal itu yang aku lakukan untuk melatih diri.

Barangkali terlihat konyol dan terkesan bodoh. Tapi percayalah bahwa ada kebahagiaan tersendiri yang luar biasa ketika keajaiban itu ada di depan matamu.

Selama proses penantian pengabulan doa, aku berusaha untuk tidak berprasangka buruk kepada Allah. Segala hal buruk yang terjadi, aku meyakini bahwa itu karena dosa-dosaku di masa lalu. Dan yang bisa aku lakukan adalah memohon ampun.

Sekarang, setelah berhari-hari aku menanti, rupanya inilah hadiah yang telah lama Allah siapkan. Tempat kerja yang jauh lebih baik. Tempat tinggal, serta sahabat-sahabat yang terbaik, juga makanan-makanan terbaik Allah berikan. Allah menjamin semuanya. Dan aku cuma bisa melisankan syukur yang tak ada habisnya.

Semua fasilitas rupanya sedang Allah siapkan selama proses penantian pengabulan doaku itu.

Masya Allah.

Aku tinggal datang, duduk, diam, dan mensyukuri nikmatnya sembari menggeleng-gelengkan kepala.

“Luar biasa ya Allah” gumamku

Air mata kembali menetes karena terharu. Di dalam sholat atau di atas motor yang aku kendarai, bahkan di sepertiga malam aku kerap menatap langit sembari mengingat kembali kemahaagungan-Nya.

Maka, tidak ada keraguan lagi bagi-Nya.

Jika kamu percaya bahwa seorang teman akan menolongmu ketika kamu susah, lantas seberapa besar percayamu pada Allah, bahwa Dia akan menolongmu ketika kau butuh bantuan, kapanpun tanpa kenal waktu?!

.

Ukhtyfillah;

Yuk, sama-sama belajar yakin kepada Allah seutuh-utuhnya.