Tentang Pengalaman Menerbitkan Buku Di Penerbit Mayor

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakkatuh teman-teman semuanya. Alhamdulillah Allah masih berikan kesehatan dan kesempatan sehingga aku masih bisa sharing ke teman-teman semuanya melalui blog ini. Setidaknya bisa menemani kamu yang untuk sementara ini #diirumahaja.

Nah kali ini aku mau bahas tentang pengalaman aku ketika menerbitkan buku di pernerbit mayor. Aku yakin banyak teman-teman yang pengen tahu gimana sih caranya agar naskah kita bisa langsung diterima di penerbit apalagi penerbit mayor yang jangkauan penjualannya itu lebih luas. Ada juga beberapa teman yang meminta aku sharing pengalaman pertama menerbitkan buku di Qultum Media.

Oke, kita mulai ya.
Sejujurnya aku ga nyangka banget sih kok bisa naskah aku diterima dengan begitu mudahnya tanpa menunggu waktu 3-6 bulan untuk menerima konfirmasi dari penerbit. Ini ajaib banget sih menurutku. Di sinilah berlaku hukum THE POWER OF DOA.

Awalnya gini. Ehem-ehem.. tarik napas dulu…
Naskah buku pertama aku ini yang judulnya BERSAMA LAGI, baru saja terbit bulan Januari kemarin. Sebenarnya naskah ini sudah setahun dalam buaian. Bukan tidak ada penerbit yang menerima, tetapi karena aku di PHPin oleh salah satu penerbit (mayor) yang waktu itu meminta kerja sama, namun setelah aku kirim naskah hampir setahun aku tidak mendapatkan kepastian. Dan itu sungguh melelahkan. Tapi aku tidak berhenti untuk menulis.

Yang mau aku bagikan ke teman-teman penulis pemula yang lain bahwa jangan pernah berhenti untuk menulis setiap hai. INGAT YA, SETIAP HARI. Gimana caranya? Ya dengan mencoba. Gimana kamu bakal bisa kalau ga nyoba. Iya ga sih?! Ada yang nanya juga, “kak Rin, gimana sih caranya biar bisa produktif menulis setiap hari?” Nah, caranya sederhana. Yaitu dengan MENULIS SETIAP HARI. Awalnya memang berat, tetapi mencoba adalah bentuk dari perjuangan. Kalau ga mencoba, kamu ga bakal tahu kalau kamu ternyata bisa.

Berbagi sedikit pengalaman, aku mulai serius menulis di Instagram itu sejak 2017 ketika aku masih pengangguran waktu itu karena baru saja menyelesaikan studi D3 Kebidanan. Nah butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa akhirnya menerbitkan buku dan alhamdulillahnya buku pertama langsung diterima di penerbit mayor. Sebelumnya, 2018 aku ditawari langsung oleh salah satu penerbit (yang menerbitkan karya-karya anak Tumblr) untuk menerbitkan buku di sana, tetapi barangkali Allah belum mengizinkan waktu itu.

Naskah yang aku kirim waktu itu belum layak terbit, hingga penerbit tidak menerimanya. I’ts oke. Paling tidak aku ngerasa bahwa tulisanku udah layak untuk dibaca karena ada penerbit yang tertarik membacanya di sosial mediaku. Mulai dari situ aku makin Pede. Hehehe.. Eh, tunggu.. waktu itu aku kirim naskah yang sudah ditolak itu ke penerbit Whyu Qlbu dan Qultum juga kalau ga salah. Tetapi apa balasan mereka??

“Maaf, kami belum bisa menerbitkan naskah anda”
Sakit? Kecewa? Tentu saja..
Tapi dari situ aku semakin semangat untuk belajar menulis lebih baik lagi, dan semakin tertantang untuk bisa membuktikan pada dunia bahwa aku juga bisa menjadi sosok yang hebat. Mungkin belum saat itu, tapi aku percaya insya Allah suatu saat nanti. Jika saja aku berhenti pada kegagalan itu, mungkin aku tidak akan sampai pada titik ini di mana bukuku sudah tersebar di seluruh Gramedia di Indonesia. Aku juga mungkin tidak akan merasakan manisnya sebuah pencapaian yang dikerjakan dengan usaha maksimal dan penantian pengabulan doa yang tidak sebentar.

Setelah aku baca-baca kembali naskah aku yang ditolak itu, ternyata emang jelek banget. Haha. Aku sendiri geli bacanya. Dan akhirnya mulai sedikit memahami sebenarnya tulisan seperti apa yang dibutuhkan oleh penerbit.

Setelah aku di PHPin oleh penerbit mayor itu yang katanya akan menerbitkan naskahku, akhirnya aku memutuskan untuk menarik kembali naskah itu. Dan setelah pihak penerbitnya menyetujui, aku kembali mencari penerbit-penerbit yang sesuai dengan genre tulisanku. Perlu dicatat juga ya ketika kamu ingin mengirim naskah pastikan bahwa naskah kamu sesuai dengan genre yang diterbitkan di pernerbit tersebut.


Setelah berdoa dan meminta petunjuk Allah, entah kenapa tiba-tiba terbersit penerbit Qultum Media yang sejak dulu telah menjadi incaranku. Karena berpikir bahwa hanya Qultum yang sesuai banget sama genre tulisanku. Setelah ditolak setahun yang lalu, tepat hari Ahad bulan 10 tahun 2019 kemarin aku mengirimkan kembali naskahku dengan penuh kepasrahan. Dan ternyata hari senin lusanya aku langsung mendapatkan balasan email dari Mas Agung yang merupakan Direktur Qultum Media. Katanya naskah aku bagus dan Qultum siap untuk menerbitkannya. Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah. Terharu banget, bahkan aku ga bisa mendeskripsikan betapa bahagianya aku waktu itu. Maysa Allah. Sungguh semua karena keMahaBaikan Allah.
Yang aku pelajari dari pengalaman ini bahwa ketika kita mengirimkan naskah ke penerbit mayor, pastikan bahwa naskah kita memang sudah siap untuk terbit. Ketiklah dengan rapi dan minimalisir typo agar memudahkan editor untuk membaca dsn memahami naskah kita. Banyaknya naskah minimal 100 lembar, lampirkan daftar isi, sinopsis, profil penulis, dan juga lembar cheklist. Jangan lupa untuk memperbanyak doa sembari memasrahkan semuanya kepada Allah.

Jujur, aku ngerasa ga pantas banget disejajarkan dengan penulis-penulis yang lebih dulu sudah menerbitkan buku di Qultum Media. Melihat mereka, tiba-tiba aku ngerasa seperti remehan peyek yang ga ada apa-apanya. Huhuhu


Oya, satu hal lagi yang mau aku bagi ke teman-teman sebelum aku akhiri sharing kali ini. Ada beberapa penerbit yang mengutamakan penulis yang memang sudah eksis di sosial media. Aku ga bilang Instagramku keren. Cuma paling tidak, aku sudah punya pembaca di sana. Nah, penerbit itu menginginkan penulis yang seperti itu. Mereka sudah punya pasarnya tersendiri. Jadi naskah kamu bisa menjadi pertimbangan buat penerbit kalau followers kamu sudah puluhan ribu bahkan ratusan ribu.

Jadi, apakah followers itu penting? Menurutku, penting sih. Sependek pengalamanku followers bisa banget bantu kamu untuk tetap semangat dalam menulis setiap hari. Tapi memang membangun sosial media dari awal itu tidak semudah yang dibayangkan. Butuh konsisten dan ketangguhan ketika tulisan kita dihina bahkan dikritik oleh orang lain. Yuk, mulai bangun interaksi di sosial mediamu..


Mengingat zaman sekarang eranya sosial media maka tentu target market kita sebagai penulis ya orang-orang yang berada dalam lingkaran followers kita. Sampai di sini paham ya? Tetapi ga usah khawatir buat kamu yang belum eksis di sosial media. Ada juga kok penerbit yang tidak mengutamakan hal itu. Dan aku lihat ada beberapa orang yang followersnya cuma 1k-5k tapi bukunya diterbitkan di penerbir mayor. Masya Allah kan?! Jadi, kamu kapan?? Yuk, selesaiin naskahmu. Mumpung masih ada umur.

Mulai sekarang sering-seringlah berbagi di sosial media. Jangan bosan untuk menulis dan menyebarkan kebaikan. Jadikan instagram dan semua sosial media kamu menjadi ladang dakwah yang bisa menjadi amal jariyah untukmu hingga nanti, hingga kamu tak lagi di bumi.

Semangat ya buat teman-teman penulis pemula yang lain, buktikan kalau kamu juga bisa menjadi hebat dan tulisanmu juga layak dibaca oleh banyak orang. Jangan mudah patah kalau mau sampai pada puncak. Tetap semangat dan aku doakan semoga naskah kalian segera menemukan jodohnya di penerbit mana pun.


Doakan aku juga yang sebentar lagi akan menerbitkan buku kedua di penerbit yang sama. Tetap semangat untuk kita semua. . .

Barakallahufikum 

Salam Sayang Dariku ♥️

Riany Az-Zahra

@gadisturatea